PEMBANGUNAN KARAKTER SISWA
MELALUI PENDEKATAN INTEGRATIF
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM*
Prof Dr. H.Abd.Rachim AF,BA,SE,M,Si **
1. PROLOG
Hakekat
manusia sebagai mahluk Tuhan adalah yang paling sempurna karena dibekali akal
pikiran dibandingkan mahluk ciptaan lainnya. Sebagai makhluk yang dibekali akal
fikiran sudah seharusnya manusia dapat menjaga kelangsungan proses sirkulasi lingkungan
dan alam sekitar dengan bijaksana.
Pembentukan
karakter manusia dapat dilakukan sejak usia dini, sehingga dapat dengan mudah memahami
arti pendidikan yang berwawasan lingkungan dan bertanggungjawab kepada bangsa,
negara dan juga kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Peran
pendidik/guru terutama pendidik agama Islam dalam membentuk karakter siswa
sangat besar dan mulia, dimana nantinya siswa yang memiliki karakter memiliki pula
rasa tanggungjawab dalam mengabdikan ilmunya di kehidupan keluarga, masyarakat dan negara.
Pendidik/guru yang telah berupaya sebaik-baiknya dalam membentuk karakter siswa
akan mendapatkan, mana siswa yang berfikiran dan berwawasan yang luas tentang
makna pendidikan yang telah diperolehnya, sehingga akan dengan mudah berupaya
mengimplementasikan ilmunya tersebut di masyarakat.
* Disampaikan pada kegiatan pelatihan Pendidikan Agama
Islam, 20 Mei 2009 di Samarinda.
**
Kepala Dinas Pendidikan Kota Samarinda
2. PEMBANGUNAN KARAKTER
Pembangunan
Sejak Bangsa Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus
1945, maka semenjak itu pula bangsa ini melaksanakan pembangunan secara
berkesinambungan, kalau kita hitung sampai saat ini, yaitu kurang lebih sudah 64
tahun.
Pembangunan secara luas yang dilaksanakan dapat
didefinisikan sebagai proses perbaikan yang berkesinambungan dari suatu
masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan menuju kekehidupan yang lebih
baik.(Todaro, 2006 : 26)
Proses
adalah suatu kegiatan mulai dari merencanakan, mengumpulkan, mengolah sampai
menjadi sesuatu yang diharapkan menuju perbaikan, dan dilakukan secara terus menerus
dalam suatu masyarakat dengan sistem sosial, secara menyeluruh menuju tujuan
yang lebih baik. Kegiatan memproses sebagaimana didefinisikan di atas bukanlah
merupakan pekerjaan yang mudah, apalagi dalam keanekaragaman yang ada di
masyarakat kita. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya suatu kesiapan yang
matang dan dengan pengkajian berbagai aspek sosial di masyarakat yang lebih
mendalam secara berkelanjutan, sehingga aspek sosial yang ada ini dapat menjadi
asset untuk mendorong tercapainya tujuan yang diinginkan kepada yang lebih
baik.
Karakter
:
Karakter
adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, ahklak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain ( Poerwadarminta, 1976 : 445)
Ahlak :
Akhlak adalah ; Ssuatu keadan yang melekat pada
jiwa manusia, yang melahirkan perbuatan yang mudah tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian. (Azra, 2003:102)
Jika perbuatan yang timbul itu baik, maka
dikatakan akhlak yang baik , begitupun sebaliknya. Karena akhlak merupakan
keadaan yang melekat pada jiwa manusia, maka suatu perbuatan dapat disebut ber-akhlak,
apabila manusia dapat memenuhi syarat-syarat yang berkaitan erat dengan proses
pemikiran dan pertimbangan perilaku dan norma. Suatu perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dan Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa pemikiran atau
diteliti lebih dahulu, maka seringkali akan menimbulkan kesalahan perilaku yang
akibatnya bisa dikatakan seseorang tidak ber-akhlak.
Watak :
Sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap
pikiran dan perbuatan (
Poerwadarminta, 1976 : 1149)
Mencermati berbagai definisi yang terkandung
dalam karakter yang meliputi “akhlak” dan “watak” sehingga dapat diartikan, “Tingkah
laku manusia”’ yang melakat pada jiwa manusia yang mempengaruhi setiap pikiran
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dilakukan secara berulang dengan hati
yang lurus, sehingga menjadi jadi diri
yang tidak dapat disamakan dengan manusia yang lain.
Dengan demikian, pembangunan Karakter merupakan Proses
perbaikan yang berkesinambungan terhadap tingkah laku manusia yang melakat pada jiwa
manusia dan mempengaruhi setiap pikiran
dan perbuatan di kehidupannya, sehingga pada akhirnya akan didapatkan suatu lingkungan
masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan menuju kekehidupan yang lebih
baik.
Visi Pendidikan Nasional
Berkembangnya potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Misi Pendidikan Nasional
a.
Penyelenggara pendidikan
secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif, menjunjung tinggi hak
azasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural dan kemajemukan bangsa,
b.
Penyelenggraan
pendidikan sebagai satu kesatuan yang sistematik
c.
Penyelenggaraan
pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang
hayat,
d.
Penyelenggaraan
pendidikan dengan keteladanan membangun kemauan, mengembangkan kreativitas,
e.
Penyelenggaraan
pendidikan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat.
3. PROSES PENDIDIKAN
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1
butir 1 menegaskan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran , agar peserta didik secara
kreatif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara “.
Unsur
yang mendukung dalam proses belajar mengajar meliputi tenaga pendidik
dan kependidikan.
Didefinisikan Pendidik, adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, Konselor, Pamong
belajar,widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara Khusus guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini dijalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dengan fungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, berfungsi untuk
meningkatkan Pendidikan Nasional.
Guna Melaksanakan yang bersifat administratif
dan aktivitas lain dalam menyelenggarakan pendidikan, pendidik didukung oleh Tenaga
Kependidikan yang merupakan anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan.
Berbagai usaha pendidik dan tenaga kependidikan
yang didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan untuk peserta didik, anggota
mansyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu, dapat meningkatkan
mutu kualitas pendidikan secara berkesinanmbungan.
4. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Bidang studi “Pendidikan Agama Islam” adalah
merupakan satu mata pelajaran dari berbagai mata pelajaran yang diajarkan dari
tingkat Pra sekolah sampai dengan Perguruan Tinggi. Untuk memahaminyapun
seorang pendidik perlu membuat rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran, agar peserta didik mampu secara kreatif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ditinjau dari beberapa pengertian dijelaskan, “Agama,”
dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan Din
dalam bahasa arab diistilahkan dengan Semit, atau bahasa Eropa sama
dengan Religion, bahasa sangsekerta berati tidak pergi, tetap ditempat diwarisi
turun temurun, dan kata Din mengandung arti menguasai , menundukkan, patuh,
utang, balasan dan kebiasaan. (Azra,
2003:63).
Mengenai kata Islam berasal dari bahasa arab “Aslama”
ditinjau dari segi bahasa Islam memiliki beberapa arti, berarti taat/patuh dan
berserah diri kepada Allah SWT, damai
dan kasih sayang, agama Islam mengajarkan perdamaian dan kasih sayang bagi umat
manusia tanpa melihat warna kulit, agama, dan status sosial. Dan selamat, maksudnya ialah merupakan petunjuk
untuk memperoleh hidup baik , baik di dunia maupun di akherat kelak (Hamid,
1999:2)
5. PENDEKATAN INTEGRATIF
Pembangunan
Karakter Siswa melalui Proses Pendidikan
Agama Islam selain menggunakan pendekatan yang dilakukan melalui monoteteik, dimana pembelajaran
mengkhususkan pada hal hal yang berkaitan dengan pembahasan secara khusus tentang
Akidah, juga diperlukan melalui pendekatan integratif
dari segala aspek hidup dan kehidupan baik pada pembahasan lingkungan alam,
sosial, maupun lingkungan buatan.
Dalam membangun karakter siswa yang baik dan
maju, diperlukan kearifan dalam melihat berbagai aspek kehidupan, baik sisi
alam, sosial maupun buatan. Karena semua itu saling berinteraksi dimana
manusialah sebagai faktor dominan yang mempengaruhinnya.
Oleh karenanya dalam proses Pendidikan agama Islam
yang dirancang oleh pendidik/guru pendidikan Agama Islam, harus memuat
pokok-pokok bahasan yang relevan, berupaya mengkaitkan materi ajar yang ada, dengan
situasi, kondisi dan keinginan alam termasuk lingkungan sosial dan buatan .
Pembangunan karakter siswa hendaknya dilakukan
melalui pemahaman potensi-potensi yang dimiliki, baik potensi akademis,
psikologis, maupun potensi sosiologis.
Potensi akademis yang menyangkut
dengan aspek kognitif, antara lain;
·
Pengembangan ilmu/sains, serta wawasan/sudut
pandang, hal ini dimaksudkan agar peserta didik memiliki kearifan dalam
menelaah semua kebenaran yang diperolehnya sebagai bekal dalam mengkaji
perkembangan yang terjadi di masyarakat dan di lingkungannya, hal ini harus
dikembangkan melalui interaksi akademis dalam pembelajaran.
Potensi
akademis yang menyangkut dengan aspek psikologis, antara lain;
·
Pemahaman aspek sikap (affektif)
, berupa rasa, keikutsertaan , keterlibatan, maksudnya adalah agar sebagai
pendidik harus mampu memberikan kebermaknaan ilmu /sains yang diajarkan kepada
peserta didik, serta memperoleh hasil pembelajaran yang diterima dan berguna
dalam perilaku kehidupannya, atau dengan kata lain potensi ini akan membentuk
sikap positif peserta didik terhadap diri dan lingkungannya, terbiasa berfikir
positif terhadap gejala-gejala yang nampak di sekitarnya, dan dapat memilih
yang terbaik dari alternative-alternatif yang ada.
Potensi
akademis yang menyangkut dengan aspek sosiologis, antara lain;
·
Pemahaman psychomotorik (skill)
melalui pelibatan diri dalam suatu kegiatan di lingkungan alam , sosial maupun
buatan, sehingga siswa ikut merasa terlibat dalam proses pembelajaran, adaptasi
terhadap lingkungan dan pengenalan terhadap norma-norma yang berlaku. Aspek
sosiologis ini penting diperhatikan sehingga peserta didik akan menjadi cerdas
secara akademis, bersikap positif dan dapat berintegrasi dengan masyarakatnya
secara baik, dan dapat membentuk peserta didik yang mandiri untuk menghadapi. Jenjang
hidupnya secara berkelanjutan.
Jika semua pendidik dan peserta didik telah
melakukan interatif secara baik dan benar, memahami keterkaitan antara peran
Agama yang memuat pembelajaran tentang Aqidah, muamalah dan alam sekitar, kita
yakin pada akhirnya bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai akan terwujud,
dan akan mampu membentuk pengetahuan moral, Pengetahuan Sosial, dan Pengetahuan
fisik seesorang menjadi manusia seutuhnya, menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Rujukan
Anonim, UU R I
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Penerbit Novindo , Jakarta
Azra,Azyumardy,
2003,Ensklopedi Islam,Van Hoeve, Jakarta
Hamid,
Syamsul Rijal,1999, Buku Pintar Agama
Islam,Penerbit Penebar Salam,Jakarta
Poerwadarminta
WJS, 1976 Kamus Umum Bahasa Indonesia,Penerbit balai Pustaka,Jakarta
Todaro
P Michael 2006 Pembangunan Ekonomi,Penerbit
Erlangga, Jakarta
Dirjen Dikdasmen, 2003. Pedoman Peningkatan Kualitas
Profesional Guru
Samarinda, 20 Mei 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar